Friday, 3 April 2009

Ayam Brantakan


Sumber: Seri masak femina PRIMARASA
(JAMUAN MAKAN SIANG)

Waktu memasak: 30 menit
Tingkat kesulitan: mudah
Untuk 8 orang

BAHAN:
* 1000 gr ayam
* 1 sdm kecap asin
* 1 sdm angciu
* 6 sdm minyak goreng,utk menumis
* 50 gr cabe rawit, iris-iris
* 6 lembar daun bawang cung, iris 1 cm

BUMBU HALUS:
* 6 siung bawang putih
* 6 cm jahe
* 1 sdt merica
SAUS: campur jadi satu
* 4 sdm kecap manis
* 1 sdm minyak wijen
* 1-2 sdm madu
* 1 sdm saus cabai
* 1 sdt garam
* 2 sdt air jeruk nipis

CARA MEMBUAT:
Potong ayam kecil-kecil berikut tulangnya menjadi 20-24 potong. Lumuri potongan ayam dengan kecap dan angciu. Sisihkan selama ± 15 menit.
Panaskan minyak goreng dalam wajan, tumis bumbu halus samapi harum, masukkan potongan ayam.
Aduk samapai ayam berubah warna dan kaku, masukkan campuran saus. Masak sampai cairan agak berkurang, masukkan cabai rawit.
Masak hingga kuahnya mengental, masukkan daun bawang, aduk sebentar, angkat.
Taruh ayam dalam piring saji, hidangkan selagi panas.

Catatan:
Untuk anakku yang belum suka pedas aku tiadakan cabe rawit/saus cabai.
Aku juga tidak pake angciu.
Untuk menghindari ayam kurang matang/kurang empuk,ayam aku rebus dulu setelah dipotong-potong.

Monday, 16 March 2009

Demam

Aku nemu artikel lumayan bagus tentang demam, aku lupa link nya.... Semoga bermanfaat untuk kita semua...

Dari Asuh Indonesia


Demam adalah keadaan di mana suhu tubuh (diukur di mulut) lebih tinggi dari 37.5 Celcius pada seseorang yang dalam keadaan beristirahat. Apabila suhu diukur di ketiak, suhunya lebih tinggi dari 37.3 Celcius. Apabila suhu diukur di telinga, suhunya lebih tinggi dari 37.8 Celcius.
Demam, seperti halnya
muntah atau batuk, adalah gejala dari suatu penyakit, tetapi bukan penyakit itu sendiri. Untungnya, demam pada anak-anak pada umumnya adalah akibat infeksi kecil dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Demam akibat virus, contohnya flu, adalah suhu tubuh yang tingginya antara 38.3 hingga 40 Celcius selama 3-5 hari. Pada umumnya, seberapa tinggi demam tidak selalu berhubungan dengan seriusnya suatu penyakit. Adalah penting untuk memperhatikan gejala lainnya dan juga tindakan anak anda untuk menentukan keseriusan penyakitnya.

Demam dapat berbahaya apabila suhu tubuh melebihi 41 Celcius. Untunglah, dalam sebagian besar kasus tubuh memiliki mekanisme termostat untuk menjaga tubuh demam supaya berada di bawah suhu yang berbahaya tersebut.
Untuk diingat
[1]:

  • Demam itu sendiri tidak menimbulkan kerusakan otak.
  • Demam tinggi tidak langsung berarti penyakitnya berat
  • Demam rendah tidak langsung berarti penyakitnya ringan
  • Demam yang sulit diturunkan dengan obat parasetamol tidak berarti penyakitnya berat.

Kapan Harus Segera Ke Dokter?
Apabila demam diikuti salah satu atau lebih gejala lain sebagai berikut, anda harus segera ke dokter atau UGD rumah sakit
[1]:

  • Jika bayi anda berumur di bawah 3 bulan
  • Jika anak kelihatan bertambah serius keadaan sakitnya, atau muncul gejala tambahan
  • Anda mengalami kesulitan membangunkan anak anda (Demam biasanya membuat anak jadi ingin tidur, tetapi seharusnya anda tidak akan sulit membangunkannya dan anak akan tetap berinteraksi dengan baik)
  • Anak anda kelihatan bingung atau teler
  • Anak anda kelihatan lemah, tidak bisa menahan berat badannya sendiri, dan/atau tidak dapat menggunakan tangan kakinya secara normal
  • Anak anda mengalami kesulitan bernafas
  • Muncul bintik merah atau lebam ungu pada kulit
  • Anak anda menangis dan tidak bisa berhenti atau tidak bisa ditenangkan
  • Warna kulit anak anda tidak normal, seperti warna kelabu, ungu, atau kebiruan
  • Anak anda kejang-kejang
  • Anak anda menangis saat ke WC, atau jika kencingnya berbau aneh (pada kasus infeksi saluran kencing)

Merawat Demam
Berikut adalah cara merawat demam
[1]

  • Anak harus banyak beristirahat
  • Akan lebih nyaman jika anak anda dipakaikan baju yang tidak terlalu tebal
  • Jika anak anda di bawah usia 3 bulan, jangan berikan obat apapun, dan segeralah ke dokter
  • Jika anak anda di atas usia tiga bulan, anda dapat memberikan parasetamol. Jika demamnya cukup tinggi, dokter akan memberikan obat lain seperti ibuprofen.
    Menurunkan demam dengan obat belum tentu menyembuhkan penyakit itu sendiri, tetapi anak anda akan lebih nyaman.
  • Apabila anak anda bersuhu di atas 40 Celcius dan sulit turun, akan sangat membantu jika si anak diberi mandi lap
  • Tempatkan anak di ruangan yang tidak dingin atau berangin
  • Siapkan air hangat di baskom
  • Masukan lap atau spons dan peras agar tidak basah tetapi tetap lembab
  • Basuhkan lap atau spons ke seluruh badan anak
  • Anak seharusnya dalam keadaan lembab tetapi tidak basah
  • Jangan gunakan air es atau air dingin
  • Jangan gunakan pendingin ruangan atau kipas angin
  • Ukur suhu tubuh anak setiap empat jam minimum
  • Jangan berikan aspirin pada anak atau obat lain yang mengandung aspirin, kecuali secara khusus diresepkan oleh dokter untuk anak anda

Kalung







Ini sedikit koleksi mama. Ada satu kalung yang belum sempat difoto karena 'ketlingsut' entah di mana....Sedihnya.... Waktu itu, mama memakainya, setelah itu mama taruh aja di meja...Setelah itu, ga tau lagi kemana perginya...



Sunday, 8 March 2009

My Baby Diary







Sejak bulan agustus 2007, aku dinyatakan hamil di Australia dan due date perkiraan awal tgl 22 Mei 2008 tapi diajukan tgl 17 Mei karena hasil USG 14 minggu menunjukkan perkembangan janin pesat dan BB nya besar. Okelah, kami pun menunggu…tgl 17 Mei telah berlalu dan aku belum merasakan tanda-tanda persalinan, baik kontraksi maupun flek. Agak khawatir juga.
Akhirnya tgl 19 Mei ke dokter, oleh dokter diberi waktu 10 hari dari due date, yaitu tgl 26 Mei. Tgl 26 Mei disuruh balik lagi kalo belum ada tanda-tanda persalinan. Nah, tgl 23 Mei malam (Jum’at malam) aku berasa mules dan ada flek. Ini dia saat yang kunantikan, pikirku. Tapi setelah pagi tiba, mulesnya ilang tapi masih flek. Waktu hamil Axel, ga seperti ini…Ada apa ya? Jalan-jalan pagi deh supaya kontraksi lagi. Memang benar, malamnya kontraksi lagi, sepanjang malam! Agak keras dibanding kemaren. Tapi paginya ilang lagi. Jalan-jalan lagi…Malamnya kontraksi lagi daaaan lebih keras lagi!! Wuih, sakit banget! Tapi….lagi-lagi paginya ilang…Ya ampyuuuun, stress deh aku…Waktu itu hari minggu tgl 25 Mei. Malamnya kontraksi lagi, tapi kontraksinya bukannya semakin kuat tapi malah melemah, dan…belum lahir juga.
Tgl 26 Mei jam14.00 aku ke dokter lagi dengan harap-harap cemas. Waktu itu dokternya orang Afrika, jadi dialeg inggrisnya seperti negro Amerika itu lo…Itu dokter suka bercanda tapi serius jadi bikin ga tegang, tapi tetep deg-degan…Dokternya bilang, akan diperiksa air ketubannya, kondisi bayinya, sudah bukaan/belum n CTG. Semuanya OKE, tapi waktu CTG….jantung bebiku naik turun, saat itu ditunggui midwife atau bidan, namanya Carmel Smith, kata midwife, bebiku ga happy alias stress, waktu itu sore jam 3…kemungkinan karena ibunya juga stress. Wah, aku malah semakin stress…Midwife memutuskan aku saat itu juga harus ke delivery suite…Ini dia…deg-degan karena aku akan segera liat bebiku. Jam 4.30 sore aku ke delivery suite dan ditangani midwife. Axel aku titipkan ke teman dan alhamdulillah Axel mau. Terharu aku….
Di delivery suite, aku ditangani midwife dan beberapa dokter. Datanglah dokter dari Jepang yang memberitahu kenapa aku harus segera ke delivery suite karena akan di CTG lagi, kalo jantung masih naik turun aku harus caesar. Waktu dokternya menjelaskan, duh…mukanya serius banget ! Aku pengennya normal, pasrah aja aku waktu itu. Dokter itu juga yang memecah ketuban. “Is it hurt???” tanyaku. Jawabannya sih “No”, sambil tersenyum, senyum dokter lo…Pasraaahhh…Terus tak lama blessss, cairan ketuban merembes keluar, ga sakit…! Tak lama, aku udah berbaring dengan peralatan CTG melekat di perut dan infus induksi. Ga bisa jalan-jalan, tiduran aja di bed. Kontraksi terus berlangsung. Semakin lama semakin sakiiiiitttt, ga tahan…Aku minta GAS untuk pain relief. Lama-lama ga ngaruh, Cuma sedot udara dari selang waktu kontraksi, ga ngaruh blassss! Aku minta Pethidine yang disuntik di pantat, ya ampun ga ngaruh juga. Alternatif terakhir adalah epidural. Aku minta epidural karena sudah ga tahan suakiiiitnyaaaaaaaaa…minta ampyuuuuuuuunnn deh…Mungkin karena ketuban dipecah duluan n diinduksi pula…!.
Dokter anestesi datang setelah bukaan 4 kalo ga salah. Beliau menerangkan resiko epidural. Salah satunya bisa tetep ga ngaruh/tetep merasakan sakit saat kontraksi, atau kemungkinan terburuk adalah lumpuh! Halaaaaaah, aku ga mikir lagi yang penting sakitnya ilang…Ada aturan lagi nih, aku harus membungkuk saat jarum yg puanjang itu mau disuntikkan ke punggungku. Kalo aku kontraksi, aku harus bilang STOP! Sehingga dokter berhenti sementara karena kalo tidak bahaya (tapi aku lupa apa). Begitu juga saat kontraksi, aku harus melakukan hal yang sama. Dan harus tidak bloeh banyak gerak! Bayangpun, bagaimana mungkin? Alhamdulillah, berkat dukungan suami yang sabar sekali menunggu dan membimbingku, aku bisa melaluinya! Reaksinya 15 menit kemudian dan alhamdulillah ngefek, waktu kontraksi ga berasa sakit. Waktu bukaan 8, kontraksi semakin kenceng. Aku ga merasakan sakit baik di perut maupun di punggung bawah tapiiiiiiiii sakitnya pindah di mrs.v dan (maaf) dubur. Hmmmm, sakitnyaaaaaaaa….Ngerasain sakit sambil ngantuk karena pengaruh epidural…hehehe.
Tak lama midwife yang nunggu aku dengan setia, hihihi….bilang udah bukaan komplit, n saatnya nge-push…Sewaktu kontraksi aku harus push sekuat mungkin n selama hitungan 10 detik. Kepala bebi n rambutnya udah keliatan. Suami melihatnya. Push yang ke-2 kurang kuat, jadi kepala bebi yang hampir keluar masuk lagi…yaelah…Begitu push yang ke-3 kali, aku ngeden sekuat mungkin. bebi langsung keluar. Kata suami, meluncur seperti berenang, hehehe. Dan terdengarlah tangisnya yang keras…Subhanallah…
Alhamdulillah, lahirlah anak ke-2 kami tanggal 27 Mei 2008 jam 01.05 dini hari, perempuan dengan BB 3.2kg dan panjang 49cm di Canberra Hospital. Oleh midwife langsung ditaruh dalam pelukanku. Tidak bisa melakukan inisiasi dini karena lahirnya jam 1 pagi dan capeklah…Kata midwife, bebinya besar untuk ukuran aku yang “mini” hihihi…Kami beri nama Nakila Bellasalcia Hiariej. Hilang sudah, rasa sakit kontraksi n segala macemnya. Eit, tapi belum selesai….ternyataaaaa perineumku sobek panjang sekali. Istilah medisnya 3rd degree tear!!! Akhirnya masih pengaruh epidural, aku masuk kamar operasi untuk dijahit. Lamaaa….Dokternya dari Singapura, cewek dan bisa bahasa Indonesia, hehehe. Wah wah wah…serem juga lo, ke kamar operasi! Masih ditemani dokter anestesi dengan setia….huehehehe…Saat operasi berlangsung, Nakila dan papa Ricky sudah berada di ruang ????…..Untung Nakila sepanjang dini hari sampe subuh tertidur, sesekali nangis, begitu diayun tertidur lagi. Tengkyu Allah..tengkyu My hubby, I Love U So Much…! Axel, ini adikmu…Kasihi dan sayangi ya, Nak…Alhamdulillah, segalanya beres dalam beberapa jam.

Wednesday, 4 March 2009

Allah Sayang Kami

Setiap pagi adalah pagi yang sibuk karena setipa pagi aku harus menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak. Apalgi Axel sekolah, aku harus mengutamakannya yaitu menyiapkan bekalnya. Sungguh ini kenikmatan tersendiri buatku.

Pagi ini seperti biasa anak-anak sudah bangun. Aku langsung menuju dapur untuk 'beraksi'. Setelah menaruh Nakila di bawah dan membiarkannya bereksplorasi di sekitar ruang tamu dan ruang makan (tentunya aman dari barang-barang berbahaya lo). Axel duduk di sofa dengan memegang sebuah buku kemudian dilihat-lihatnya dengan seskali bertanya. Papa Ricky di mana? Masih 'mimpi' karena beliau memang tidur agak larut tadi malam.

Tak lama aku sudah menyiapkan teh hangat manis dan roti untuk sarapan aku n papa Ricky. Untuk Axel aku menggoreng telur dadar, memanaskan nasi dan menaruh sedikit kecap manis di atasnya. Untuk Nakila aku menyiapkan crackers, walaupun belum bisa makan sendiri tapi lumayan untuk dipegang dan digigit-gigit sedikit demi sedikit untuk membuatnya diam. Tentu saja tak lepas dari pengawasanku donk....

Aku juga menyiapkan sandwich untuk bekal Axel nanti untuk lunch, sedangkan snack nya aku siapkan biskuit 4 biji, croisant dengan selai coklat 2 biji, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah buah. Kali ini aku siapkan buah Pir. Juga air putih satu botol minum penuh. Untuk Axel, sudah siap, kemudian aku siapkan sarapan untuk Nakila. Biasanya kalo sarapan aku berikan bubur beras dan buah plus sufor. Oya, tak lupa juga bekal untuk suami di kampus, suami juga 'memesan' sandwich dan buah. Setelah semua siap, aku menyuapi Axel karena kalo di rumah manja sekali. Setelah selesai, aku menyuapi Nakila. Alhamdulillah makannya cepat dan tandas semuanya. Kemudian papa Ricky bangun, sarapanlah kami berdua, belum mandi n belum gosok gigi, hihihi....Makin enak....

Setelah papa Ricky mandi kemudian giliran papa Ricky yang mandiin Axel. Setelah itu aku yang memakaikan baju n sepatu. Mengoleskan sunscreen, memakaikan topi, menaruh bekal di tas nya. Papa Ricky n Axel sudah siap kemudian berangkatlah mereka. Tinggalah aku n Nakila berdua di rumah.

'Aksiku' di dapur belum selesai. Aku masih harus menyiapkan makan siang dan malam untuk Nakila. Nakila duduk di baby walkernya, kemudian 'aksi'ku dimulai lagi. Aku mulai menyiapkan panci untuk mengukus dan mulai menyiapkan sayurnya. Tiba-tiba Nakila menangis, aku tahu dia sudah ngantuk berat karena memang tadi pagi dia bangun paling pagi. Inilah saatnya untuk menidurkannya dan kemudian aku melanjutkan 'aksi' di dapur lagi, pikirku. Tapi sebelum itu aku harus bikin nasi tim. Aku menyiapkan semua bahan untuk nasi tim. Dan menyalakan kompor kemudian meletakkan panci di atasnya. Terus-terang saat itu aku tergesa-gesa karena Nakila sudah menangis agak lama juga. Aku gendong dia dan menidurkannya sambil menyusuinya. Agak lama juga dia tertidur. Setelah dia tertidur, aku ke dapur dan aku mencium bau yang gosong. Aku lihat di panci nasi tim. Astaghfirullah, ternyata panci untuk membuat nasi tim belum aku isi air !!! Aku kan bikin nasi tim itu dengan cara dikukus. Aku langsung angkat panci yang sudah gosong tadi dan mematikan api. Jantungku berdetak kencang, takut. Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa bisa teledor.... Aku menangis karena aku langsung ingat pada Allah. Dia masih menyayangi aku n Nakila n kami sekeluarga. Apa jadinya kalo tidak??? Panci kosong tanpa air di atas api selama 30 menit !!! Subhanallah....Allah masih sayang kami....Tak henti-hentinya aku bersyukur pada Allah SWT.

Ini pelajaran sangat berharga bagiku untuk lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu.

Maaf...tanpa edit....

Monday, 2 March 2009

Peran sebagai Seorang Ibu (Curhat)

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Tepat sekali lagu yang sering kita nyanyikan waktu kita kecil dulu dan sekarang mungkin kita ajarkan pada anak-anak kita untuk dipersembahkan kepada ibu. Untuk ibu yang selama ini kita kenal, kasihi dan sayangi. Sebenarnya maknanya dalam sekali lo. Kalo aku boleh memaknainya, bentuk perjuangan dan pengorbanan seorang ibu yang tanpa batas dan dalam yang keluar dari hatinya yang penuh kasih dan sayang pada anak-anaknya, tanpa pamrih. Hanya menginginkan sang buah hati tumbuh sehat, cerdas dan kelak menjadi seorang yang shaleh dan shalehah, berguna bagi agama, bangsa dan negara. Keinginan ibu bagi anaknya adalah doa bagi anaknya. Bukan bermaksud mengecilkan peran ayah lo ….Peran ayah juga sangat besar…

Wuih, jadi ingat ibuku yang sekarang di Indo, kangen berat. Juga jadi ingat peranku sendiri saat ini sebagai seorang ibu yang sudah dikaruniai sepasang merpati kecil (baca: 1 cowok dan 1 cewek). Peran yang menurutku sangat menantang. Sebelum jadi ibu, aku belum begitu ‘ngeh’ tentang bagaimana tidak mudahnya menjadi ibu. Sejak tahun 2004, kelahiran anak pertama, baru sungguh-sungguh tahu dan mempraktekkan. Tapi sangat berbeda dengan peranku saat di Indo dan Australia. Nah, inilah yang kumaksud ‘menantang’ tadi. Di Indo, aku masih bisa ‘merengek’ pada ibu minta bantuan, masih bisa memiliki baby sitter atau pembantu rumah tangga. Di Australia, aku harus berjuang bersama suami mengasuh 2 orang anak yang masih kecil-kecil. Ya, 2 anak, karena sejak tahun 2007 kami memutuskan untuk mempunyai anak lagi. Kami sudah memikirkan resikonya, hamil, melahirkan dan mengasuh anak di Australia, jauh dari orang tua dan sodara. Bukan hanya mengasuh saja, tetapi mendidiknya. Peran aku dan suami sebagai ibu dan ayah benar-benar diuji. Tapi kali ini aku hanya akan cerita peranku sebagai ibu saja, untuk peran ayah, biarlah si ayah saja yang bercerita, hehehe.

Sejak melahirkan anak ke-2 di Australia, aku bahu membahu dengan suami mengurus semuanya, bagi tugaslah, tepatnya, tetapi tetap akulah yang pokok mengurus bayi yang baru brojol. Suami kadang juga bisa mengurus Axel yang sudah 4 tahun, mudah. Ikhlas jadi mudah, hehe.
Masih merasakan sakitnya pasca melahirkan karena jahitan yang belum kering, aku harus memandikan, mengganti baju, mengganti napy, menyusui, menggendong, menimang-nimang bebi. Harus rela bangun malam/begadang, setelah itu juga ikhlas bangun subuh. Apalagi kalo saat menyusui, Axel minta sesuatu yang harus segera dilaksanakan, misal: Axel poo dan minta cebok. Atau kalo keduanya secara bersamaan ingin tidur atau bahkan nangis semua. Hmmm…sungguh kesabaran diuji! Dan bukan saja aku tetapi juga kesabaran anakku yang pertama itu. Kadang Axel memang tidak sabaran jika meminta sesuatu, menurutku ini saatnya juga melatihnya untuk lebih penyabar. Aku tahu sekali bukan saja aku yang mengalami masa berat, tapi juga Axel dan suami. Aku dengan cepat menyadari dengan bercucuran air mata tentunya. Sediiiiih….Tapi aku sebagai ibu harus kuat ! Kembali ingat komitmen sewaktu sebelum hamil. Kalo aku tidak kuat, apa jadinya mereka? Ya kan? Aku harus pintar membagi waktu untuk anak-anak, suami, urusan dapur, urusan rumah, dan untuk diriku sendiri. Sebisa mungkin meluangkan waktu untuk bermain dan bercanda dengan Axel. Jika aku tidak sempat suami yang mengambil alih. Sungguh aku harus bisa mengurus, mengasuh 2 orang anak bersamaan karena suami lebih banyak di kampus. Mencurahkan kasih sayang untuk 2 anak, yaitu seperti membelah menjadi 2 bagian yang sama persis. Mampukah? Untuk sementara ini aku merasa belum mampu karena bayi lebih banyak membutuhkan/menyita perhatianku. Axel terpaksa harus merelakan kasih sayang dan perhatianku yang semula hanya tertuju padanya, sekarang harus terbagi 2, bahkan separuh lebih utnuk adiknya. Memberikan pengertian padanya (semasa aku masih hamil) sampe Nakila sudah lahir agak susah juga. Semua itu berlangsung lebih dari 3 bulan. Pada awalnya memang terasa beraaaattttt diiringi air mata tapi lama-kelamaan menjadi mudah. Semua yang dijalani dengan keikhlasan hati dan perasaan kasih sayang akan membuahkan jalan kemudahan yang terbentang di depan. Alhamdulillah, sekarang umur Nakila sudah 9 bulan sedangkan Axel 5 tahun bulan Maret depan, anak-anakku semakin bertambah besar dan sehat serta pintar. Kami sekeluarga sudah enjoy dengan kehidupan kami. Ada kepuasan batin dan kebanggaan melihat perkembangan anak-anak yang pesat dan baik. Subhanalah……
Ternyata aku mampu juga menjadi seorang ibu tanpa bantuan orang dekat atau juga baby sitter atau pembantu rumah tangga. Bagaimanapun, sebagai ibu aku tidak bisa sempurna. Tidak ada lain karena campur tangan Allah SWT yang begitu menyayangi kami, juga dukungan suami dan tentu saja dukungan ortuku dari jauh.
Aku ga pandai menulis, jadi yang aku tulis di sini hanya bentuk ungkapan dari hati yang mengalir begitu saja. Yaaa katakanlah curhat, tepatnya. Acak adul ya bahasanya….juga tidak sistematis. Maaf bagi yang sudah membacanya malah jadi pusing……hehehe……Sungguh maaf karena aku bukan penulis, hanya seorang ibu rumah tangga yang mengungkapkan isi hatinya lewat tulisan. Halah……

Sunday, 4 January 2009

Kebersamaan

Cerialah...tertawalah...anakku.

Cepatlah besar matahariku...
Menangis yang keras janganlah ragu...
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku...
Doa kami di nadimu...
(Iwan Fals punya)